He… he….apalagi lagi ni….begini pembaca, kita sering melihat dan mendengar ada guru, dengan tugasnya yang begitu berat tapi gajinya hanya 100 ribu perbulan, ada yang 200 ribu perbulan. Wooh…. nggak salah ta…benar pembaca. Ribuan dan bahkan ratusan ribu guru yang bernasib seperti itu, padahal tugas mereka itu adalah mengisi bermacam-macam software kepada anak didiknya, software agama, software prilaku, software pengetahuan, dan lainnya. Agar kelak dengan software itu anak didik tersebut tumbuh menjadi manusia-manusia yang beradab, berbudi dan berpengetahuan.
Terus apa kaitannya dengan buruh, begini pembaca…. hari ini nih…saya dengar dari berita di TV, bahwa tanggal sekarang ini diperingati sebagai hari buruh sedunia atau istilah may day. Saya ingin menyadarkan kepada semua pihak, kalau (mohon maaf) buruh saja yang memproduksi barang, yang mana kalau salah, masih bisa diperbaiki dengan cepat, misalnya sang buruh memproduksi kursi, setelah itu, diketahui hasilnya ada yang tidak sesuai dengan ukuran. So…..kesalahan itu bagi sang buruh, sangat mudah untuk diatasi, ia pun ambil meteran lagi, dan segera memperbaikinya. Selesailah pekerjaan itu dengan cepat. Mereka punya standart upah tertentu, yaitu UMR (Upah Minimum Regional), mempunyai undang-undang perburuan, mempunyai organisasi yang juga dilindungi undang-undang, segala permasalahan buruh ada lembaga arbitrase perburuhan, ada partai politik buruh, dan lainnya. Singkat kata kalau kita bisa bilang, jangan main-main dengan buruh.
Bandingkan dengan guru, guru mencetak siswa menjadi manusia yang berakhlaq, guru membimbing siswa agar menjadi manusia yang berpengetahuan, ia memberi contoh dengan tauladan, ia membimbing dan memperhatikan siswanya dengan penuh perhatian dan kesabarannya, ia berharap siswanya kelak lebih pandai, lebih kreatif, lebih sopan santun darinya. Ia juga sadar kalau ia salah dan keliru dalam membimbing, maka kesalahan itu akan dibawa dan dipraktekkan anak sampai besarnya. Misalnya guru salah dalam mengajar siswa dalam praktek shalat, maka ilmu itu akan dibawa anak sampai dewasanya. Bahkan pernah ada seorang cucu yang bertanya pada kakeknya tentang cara membaca al-fatihah. Ia bilang. “kok seperti itu sih kek, alfatihahnya”. Sang kakek pun menjawab.” Ya seperti itu guru kakek dulu mengajari kakek”. Nah percaya kan. Kalau guru keliru atau salah dalam pengasuhan atau pembimbingan, maka untuk merubahnya itu sa…ngat sulit, bisa si..h tapi butuh waktu lama.
Anehnya dengan pekerjaan seperti itu guru tidak punya standar minimal upah atau UMR seperti para buruh, Undang-undang tentang guru itupun baru tahun 2005, itupun baru rancangan dan belum ada landasan operasionalnya saat itu, partai tentang guru tidak ada, lembaga arbitrase guru juga tidak ada. Para guru hanya mengandalkan belas kasihan para penguasa. Kalau penguasa perhatian sama pendidikan dan guru ya Alhamdulillah, kalau tidak ya inna lillah gitu saja. Istilahnya guru Indonesia itu semuanya ikhlas, ada ya…. di terima, gaji naik ya….. disyukuri, kurang ya…… bersyabar. Saya sering diingatkan ayah saya almarhum, ayah saya yang guru , dengan penghasilan yang kecil itu, ia bilang. “ jangan dilihat uangnya, tapi nilai barakahnya itu lho, ia pun meneruskan mana ada sih anak guru (yang ikhlas dalam mengajar, dan bersyukur atas semua nikmat) tidak makan, mati kelaparan, bodoh, terbelakang dan seterusnya”. Saya pun berfikir, betul juga ya, kalau saya melihat teman-teman saya yang ayahnya dulu guru, sekarang mereka hadir ke dunia ini dengan menebar kemanfaatan, mereka banyak yang berhasil dalam hidup ini dan berbahagia dengan keuarganya.
Di akhir tulisan ini , akhirnya saya bisa menyimpulkan. Memang guru tidak sama dengan buruh, ada sebuah something of miracle (keajaiban) yang diberikan oleh Allah, ingatlah firman Allah, bahwa Dia akan mengangkat derajat orang –orang yang berilmu pengetahuan. Mungkin ini sebab keajaibannya, bahwa guru tergolong sebagai orang berpengetahuan, sehingga pantaslah ia dinaikkan derajat kehidupannya, derajat anak-anaknya, dan derajat murid-muridnya. Sehingga mari kita kerjakan tugas kita sebagai guru ini dengan professional dan tanggung-jawab, insya Alllah gusti Allah mboten sare….(Allah tidak tidur kok). Cukup ya tulisan saya ini. Bagaimana pendapat anda?
11:25
Guru,
keikhlasan guru,
KOMPETENSI GURU,
kualitas guru,
mutu guru,
pelatihan guru,
pendidikan indonesia,
profesionalisme guru
Edit
0 Response to "GURU BUKAN BURUH"
Post a Comment