Generasi Berbudaya Instan

Generasi berbudaya instan. Menginginkan segala sesuatu berjalan dengan cepat dan praktis sudah menjadi ciri kehidupan masyarakat khususnya generasi muda dewasa ini. Jalan pintas yang dianggap mudah, singkat dan tidak ribet sudah menjadi trend bagi generasi muda untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Hal ini akhirnya menjadi kebiasaan yang sering dinamakan budaya instan. Orang orang yang membiasakan diri dengan yang instan akhirnya suka berpikir singkat tanpa mau mengikuti proses, tanpa mau bersusah payah, yang penting tujuan tercapai. Padahal sebuah keberhasilan besar memerlukan proses panjang sebagai sebuah perjalanan penuh perjuangan. Sebuah proses juga akan menjadikan kematangan kepada seseorang dalam berfikir, bersikap dan mengambil keputusan penting dalam hidup dan karier sesorang.
Apakah berpikir dan bertindak cepat itu jelek? Berpikir dan bertindak dengan cepat dengan berbagai pertimbangan tentu justru sangat diperlukan, apalagi pada saat sekarang. Namun kebiasaan yang ingin serba cepat, singkat, mengambil jalan pintas dan tidak mau bersusah payah yang penting mencapai hasil, justru akan berdampak buruk. Kebiasaan instan akan mendorong orang untuk melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya dengan mudah tanpa susah payah, misalnya siswa malas belajar karena dianggap sulit, dan mencari jalan yang dianggap mudah "nyontek" saat ulangan.

Faktor-faktor yang mendorong tumbuh dan berkembangnya budaya instan

1. Pengaruh perkembangan teknologi.
Teknologi telah membantu mempermudah dan mempercepat manusia dalam melakukan pekerjaan. Disadari atau tidak penggunaan teknologi telah mempengaruhi cara dan pola pikir manusia dalam menjalankan perannya.
2. Pengaruh Media. Media telah menyajikan begitu banyak informasi termasuk iklan yang seolah2 segala yang baik dan sukses begitu mudah untuk dicapai, semua langsung bisa-langsung ada, tanpa proses. Melalui internet setiap orang bisa mendapatkan informasi apa saja tanpa batas dengan mudahnya. Segala informasi yang tersaji dan mudah diakses mendorong orang untuk berpikir praktis dan mencari mudahnya.
Selain itu, perkembangan  di dunia pendidikan juga mengarah pada budaya instan. Proses belajar mengajar yang ideal kurang begitu diperhatikan yang penting anak dapat mengerjakan dan menjawab soal2 dengan benar, dan lulus 100%. Orientasi pembelajaran lebih diarahkan agar anak mendapat nilai "angka" yang baik. Sedangkan nilai "proses" semakin tidak tersentuh. Karena berorientasi pada nilai angka, maka pembelajaran diarahkan sekedar sesuai indikator dan kisi-kisi, biar mudah, cepat dan praktis, ini berarti mengajari anak berfikir instan.

Dampak negatif budaya instan

1. Orang menjadi malas mengikuti proses yang semestinya.
Proses yang panjang dan berjenjang dianggap sesuatu yang menyebalkan dan lambat. Orang akan lebih terfokus pada hasil akhir, tidak mau mengikuti proses yang mesti dilalui.
Orang tidak lagi mau mengantri untuk suatu urusan. Mulai dari mengurus bikin KTP, beli tiket, bayar pajak dan sebagainya. Tidak usah antri, cukup bayar sejumlah uang kepada oknum yang ngurus "hasilnya beres".

2. Orang bisa saja menghalalkan cara demi suatu tujuan.
Tidak peduli bagaimana cara yang mesti ditempuh, yang penting "tujuan" tercapai. Ingin kaya dengan penghasilan pas-pasan, lalu putar otak bagaimana caranya agar lekas kaya. Sekalipun harus korupsi, mencuri, menipu dan sebagainya. Norma-norma agama bisa ditinggalkannya, karena demi satu tujuan "kaya".

3. Menjadikan generasi santai dan manja.
Terbiasa dengan yang serba mudah dan cepat membuat orang menjadi malas berusaha, malas kerja keras dan tumbuh menjadi generasi santai dan manja.

Bagaimana dengan Anda, apakah termasuk generasi penggemar instan? silahkan tulis komentarmu.

1 Response to "Generasi Berbudaya Instan"

  1. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..

    ReplyDelete