Uraian diatas mengisyaratkan terhadap dasar-dasar pendidikan bahwa  praktek pendidikan sebagai ilmu yang sekedar rangkaian fakta empiris  dan eksperimental akan tidak lengkap dan tidak memadai. Fakta pendidikan  sebagai gejala sosial tentu sebatas sosialisasi dan itu sering  beraspirasi daya serap kognitif dibawah 100 % (bahkan 60 %). Sedangkan  pendidikan nilai-nilai akan menuntut siswa menyerap dan meresapi  penghayatan 100 % melampaui tujuan-tujuan sosialisasi, mencapai  internaliasasi (mikro) dan hendaknya juga enkulturasi (makro). Itulah  perbedaan esensial antara pendidikan (yang menjalin aspek kognitif  dengan aspek afektif) dan kegiatan mengajar yang paling-paling menjalin  aspek kognitif dan psikomotor. 
Dalam praktek evaluasinya kegiatan pengajaran sering terbatas targetnya pada aspek kognitif. Itu sebabnya diperlukan perbedaan ruang lingkup dalam teori antara pengajaran dengan mengajar dan mendidik.
Dalam praktek evaluasinya kegiatan pengajaran sering terbatas targetnya pada aspek kognitif. Itu sebabnya diperlukan perbedaan ruang lingkup dalam teori antara pengajaran dengan mengajar dan mendidik.
Adapun ketercapaian untuk daya serap  internal mencapai 100 % diperlukn tolong menolong antara sesama manusia.  Dalam hal ini tidak ada orang yang selalu sempurna melainkan bisa  terjadi kemerosotan yang harus diimbangi dengan penyegaran dan kontrol  sosial. Itulh segi interdependensi manusia dalam fenomena pendidikan  yang memerlukan kontrol sosial apabila hendak mencegah penurunan  pengamalan nlai dan norma dibawah 100%.
1. Pedagogik sebagai ilmu murni menelaah fenomena pendidikan
Jelaslah  bahwa telaah lengkap atas tindakan manusia dalam fenomena pendidikan  melampaui kawasan ilmiah dan memerlukan analisis yang mandiri atas data  pedagogic (pendidikan anak) dan data andragogi (Pendidikan orang  dewasa). Adapun data itu mencakup fakta (das sein) dan nilai (das  sollen) serta jalinan antara keduanya. Data factual tidak berasal dari  ilmu lain tetapi dari objek yang dihadapi (fenomena) yang ditelaah  Ilmuwan itu (pedagogi dan andragogi) secara empiris. Begitu pula data  nilai (yang normative) tidak berasal dari filsafat tertentu melainkan  dari pengalaman atas manusia secara hakiki. Itu sebabnya pedagogi dan  andragogi memerlukan jalinan antara telaah ilmiah dan telaah filsafah.  Tetapi tidak berarti bahwa filsafat menjadi ilmu dasar karena ilmu  pendidikan tidak menganut aliran atau suatu filsafat tertentu.
Sebaliknya  ilmu pendidikan khususnya pedagogic (teoritis) adalah ilmu yang  menyusun teori dan konsep yang praktis serta positif sebab setiap  pendidik tidak boleh ragu-ragu atau menyerah kepada keragu-raguan  prinsipil. Hal ini serupa dengan ilmu praktis lainnya yang mikro dan  makro. Seperti kedokteran, ekonomi, politik dan hukum. Oleh karena itu  pedagogic (dan telaah pendidikan mikro) serta pedagogic praktis dan  andragogi (dan telaah pendidikan makro) bukanlah filsafat pendidikan  yang terbatas menggunakan atau menerapkan telaah aliran filsafat  normative yang bersumber dari filsafat tertentu. Yang lebih diperlukan  ialah penerapan metode filsafah yang radikal dalam menelaah hakikat  peserta didik sebagai manusia seutuhnya.
Implikasinya jelas bahwa batang tubuh (body of knowledge) ilmu pendidikan haruslah sekurang-kurangnya secara mikro mencakup:
- Relasi sesama manusia sebagai pendidik dengan terdidik (person to person relationship)
 - Pentingnya ilmu pendidikan memepergunakan metode fenomenologi secara kualitatif.
 - Orang dewasa yang berpran sebagai pendidik (educator)
 - Keberadaan anak manusia sebagai terdidik (learner, student)
 - Tujaun pendidikan (educational aims and objectives)
 - Tindakan dan proses pendidikan (educative process), dan
 - Lingkungan dan lembaga pendidikan (educational institution)
 
Itulah  lingkup pendidikan yang mikroskopis sebagai hasil telaah ilmu murni  ilmu pendidikan dalam arti pedagogic (teoritis dan sistematis).  Mengingat pendidikan juga dilakukan dalam arti luas dan makroskopis di  berbagai lembaga pendidikan formal dan non-formal, tentu petugas tenaga  pendidik di lapangan memerlukan masukan yang berlaku umum berupa rencana  pelajaran atau konsep program kurikulum untuk lembaga yang sejenis.  Oleh karena itu selain pedagogic praktis yang menelaah ragam pendidikan  diberbagai lingkungan dan lembaga formal, informal dan non-formal  (pendidikan luar sekolah dalam arti terbatas, dengan begitu, batang  tubuh diatas tadi diperlukn lingkupnnya sehingga meliputi:
- Konteks sosial budaya (socio cultural contexs and education)
 - Filsafat pendidikan (preskriptif) dan sejarah pendidikan (deskriptif)
 - Teori, pengembangan dan pembinaan kurikulum, serta cabang ilmu pendidikan lainnya yang bersifat preskriptif.
 - Berbagai studi empirik tentang fenomena pendidikan
 - Berbagai studi pendidikan aplikatif (terapan) khususnya mengenai pengajaran termasuk pengembangan specific content pedagogy.
 
Sedangkan  telaah lingkup yang makro dan meso dari pendidikan, merupakan bidang  telaah utama yang memperbedakan antara objek formal dari pedagogic dari  ilmu pendidikan lainnya. Karena pedagogic tidak langsung membicarakan  perbedaan antara pendidikan informal dalam keluarga dan dalam kelompok  kecil lainnya., dengan pendidikan formal (dan non formal) dalam  masyarakt dan negara, maka hal itu menjadi tugas dari andragogi dan  cabang-cabang lain yang relevan dari ilmu pendidikan. Itu sebabnya dalam  pedagogic terdapat pembicaraan tentang factor pendidikan yang meliputi :  (a) tujuan hidup, (b) landasan falsafah dan yuridis pendidikan, (c)  pengelolaan pendidikan, (d) teori dan pengembangan kurikulum, (e)  pengajaran dalam arti pembelajaran (instruction) yaitu pelaksanaan  kurikulum dalam arti luas di lembaga formal dan non formal terkait.
2. Telaah ilmiah dan kontribusi ilmu bantu
Bidang  masalah yang ditelaah oleh teori pendidikan sebagai ilmu ialah  sekitarmanuasia dan sesamanya yang memiliki kesamaan dan keragaman di  dalam fenomena pendidikan. Yang menjadi inti ilmu pendidikan teoritis  ialah Pedagogik sebagai ilmu mendidik yaitu mengenai tealaah (atau  studi) pendidikan anak oleh orang dewasa. Pedagogik teoritis selalu  bersifat sistematis karena harus lengkap problematic dan pembahasannya.  Tetapi pendidikan (atau pedagogi) diperlukan juga oleh semua orang  termasuk orang dewasa danb lanjut usia. Karena itu selain cabang  pedagogic teoritis sistematis juga terdapat cabvang-cabang pedagogic  praktis, diantaranya pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal  dalam keluarga, andragogi (pendidikan orang dewasa) dan gerogogi  (pendidikan orang lansia), serta pendidikan non-formal sebagai pelengkap  pendidikan jenjang sekolah dan pendidikan orang dewasa.
Di dalam  menelaah manusia yang berinteraksi di dalam fenomena pendidikan, ilmu  pendidikan khususnya pedagogic merupan satu-satunya bidang ilmu yang  menelaah interaksi itu secara utuh yang bersifat antar dan  inter-pribadi. Untunglah ada ilmu lain yang melakukan telaah atas  perilaku manusia sebagai individu. Begitu juga halnya atas telaah  interaksi sosial, telaah perilaku kelompok dalam masyarakat, telaah  nilai dan norma sebagai isi kebudayaaan, dan seterusnya. Ilmu-ilmu yang  melakukan telaah demikian dijadikan berfungsi sebagai ilmu bantu bagi  ilmu pendidikan. Diantara ilmu bantu yang penting bagi pedagogic dan  androgogi ialah : biologi, psikologi, sosiologi, antropologi budaya,  sejarah dan fenomenologi (filsafah).
a. Pendekatan fenomenologi dalam menelaah gejala pendidikan
Pedagogik  tidak menggunakan metode deduktif spekulatif dalam investigasinya  berdasrkan penjabaran pendirian dasar-dasar filosofis. Pedagogik adalah  ilmu pendidikan yang bersifat teoritis dan bukan pedagogic yang  filosofis. Pedagogik melakukan telaah fenomenologis aatas fenomen yang  bersifat empiris sekalipun bernuansa normative. Seperti dikatakan  Langeveld (1955) Pedagogik mempergunakan pendekatan fenomenologis secara  kualitatif dalam metode penelitiannya :
Pedagogik bersifat  filosofis dan empiris. Berfikir filosofis pada satu siti dan di pihak  lain pengalaman dan penyelidikan empiris berjalan bersama-sama.  Hubungan-hubungan dan gejala yang menunjukkan cirri-ciri pokok dari  objeknya ada yang memaksa menunjuk ke konsekunsi yang filosofis, adapula  yang memaksakaan konsekunsi yang empiris karena data yang factual.  Pedagogik mewujudkan teori tindakan yang didahului dan diikuti oleh  berfikir filosofis. Dalam berfikir filosofis tentang data normative  pedagogic didahului dan diikuti oleh oleh pengalaman dan penyelesaikan  empiris atas fenomena pendidikan.
Itulah fenomena atau gejala  pendidikan secraa mikro yang menurut Langevald mengandung keenam  komponen yng menjadi inti daari batang tubuh pedagogic.
b. Kontribusi ilmu-ilmu bantu terhadap pedagogic
Ilmu  pendidikan khususnya pedagogic dan androgogi tidak menggunakn metoda  deskriptif-eksperimental karena manfaatnya terbtas pada pemahaman atas  perubahan perilaku siswa. Sedangkan prediksi dan kontrol yang  eksperimental diterapakan dan itupun manfaatnya terbatas sekali.
Seperti ditulis oleh Deese, 1963 :
“Prediction  and control, then are excellent criteria of understnding aang they also  provide us with some of the uses of understanding. They are not always  easy to apply, however, and I think little is gained by pretending that  they are. It is futile to issue promissory notes about the future  applications of the scientific study of education.”
Jadi kurang  bermanfaat apabila ilmu pendidikan mempergunakan metode  deskriptif-eksperimental terhadap perubahan-perubahan didalam pendidikan  secarakuntitatif. Sebaliknya pedagogic dan androgogi harus menjadi ilmu  otonom yang menerapkan metode fenomenologi secara kualitatif. Maksudnya  ialah agar dapat memperoleh data yang tidak normative (data factual)  dalam jumlah seperlunya dari ilmu biologi, psikologi dan ilmu-ilmu  sosial. Tetapi ilmu pendidikan harus sedapat mungkin melakukan  pengumpulan datanya sendiri langsung dari fenomena pendidikan, baik oleh  partisipan-pengamat (ilmuwan) ataupun oleh pendidik sendiri yang juga  biasa melakukan analisis apabila situasi itu memaksanya harus bertindak  kreatif. Tentu saja untuk itu diperlukan prasyarat penguasaan atas  sekurang-kurangnya satu ilmu Bantu  dan/atau filsafat umum.
Tags : Ilmu pendidikan, dasar-dasar ilmu pendidikan, menelaah gejalah pendidikan
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..
ReplyDelete