MENGENAL MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas diri sehingga menjadi insan-insan yang mampu membangun dirinya sendiri, agama, bangsa, dan negaranya. Secara lebih spesifik, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. UU Sisdiknas menegaskan bahwa pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan;
Berbicara tentang kualitas pendidikan, tentu haruslah memiliki tolak ukur yang jelas. Salah satu tolak ukur meningkatnya mutu pendidikan yaitu dengan terjadinya peningkatan kualitas standar kelulusan siswa, sebagai output pendidikan yang diikuti dengan pembuktian bahwa siswa memiliki kemampuan bersaing dalam memperebutkan peluang dunia kerja, memiliki eksistensi kepemimpinan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk, serta mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Bahkan lebih jauh dari itu, setiap lulusan hendaknya tidak hanya mampu bersaing dalam memperebutkan bursa dunia kerja, tetapi mampu menciptakan atau membuka lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Kesalahan cara pandang sebagian besar masyarakat dalam menentukan berkualitas tidaknya pendidikan yang hanya berorientasi pada hasil pendidikan tinggi, harus segera dibenahi. Ibarat membuat gedung bertingkat, bagus tidaknya struktur bangunan tidak bisa hanya ditentukan oleh bagian gedung paling atas saja tetapi ditentukan oleh keseluruhan struktur gedung, mulai dari pondasi sampai bagian gedung paling atas. Artinya, siapapun, termasuk pemerintah harus memberikan perhatian yang seimbang kepada setiap jenjang pendidikan, terutama jenjang Sekolah Dasar (SD) dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan secara umum. Sekolah Dasar (SD) sebagai lembaga pendidikan formal paling bawah sudah selayaknya mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak mengingat Sekolah Dasar memegang peranan yang sangat penting dalam upaya menciptakan dasar (pondasi) yang kokoh dan berkualitas sebagai dasar menciptakan kualitas pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Perhatian tersebut tidak selalu bersifat perbaikan fisik dan kelengkapan sarana dan prasarana saja, namun perbaikan tersebut justru harus lebih terkonsentrasi pada proses pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Adapun kelengkapan sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang harus diperhatikan selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut, berbagai upaya hendaknya dilakukan guna menciptakan kondisi yang kondusif dalam menyempurnakan berbagai kelemahan yang masih terjadi mulai level perencanaan, pelaksanaan (proses), sampai level evaluasi pembelajaran.
Dewasa ini kita mengenal adanya konsep pembelajaran terpadu atau integrated teaching and learning atau integrated curriculum approach. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang dipandang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Jika diterapkan dengan benar, didahului perencanaan yang sempurna, konsep ini mampu memberikan pemahaman secara utuh kepada siswa terhadap sebuah materi pembelajaran karena terintegrasi dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu (mata pelajaran). Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang pembelajaran terpadu atau lebih dikenal dengan istilah integrated teaching-learning pada Sekolah Dasar kelas rendah.
Apakah Model Pembelajaran Terpadu itu?
Istilah Pembelajaran Terpadu berasal dari kata integrated teaching and learning atau integrated curriculum approach. Konsep ini dikemukakan oleh Jhon dewey sebagai usaha untuk mengintegrasikan perkembangan, pertumbuhan, dan kemampuan pengetahuan siswa (Beans dalam Udin Syaefuddin, 2006: 4). Banyak ahli yang mengemukakan pengertian terhadap Pembelajaran Terpadu ini, namun kesemuanya tidaklah memiliki kesamaan yang utuh satu sama lain. Bean dalam buku Pembelajaran Terpadu mengemukakan pendapatnya bahwa ”Pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya” (Beans dalam Udin Syaefuddin, 2006: 4). Pendapat lain tentang Pembelajaran Terpadu dikemukakan sebagai berikut:
Pembelajaran terpadu adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran sebagai suatu proses untuk mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, kebutuhan, dan minat anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga (Sa’ud, 2006: 5).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa Pendekatan Pembelajaran Terpadu adalah sebuah pendekatan yang menghubungkan bahan ajar dari berbagai mata pelajaran dengan kenyataan dan kebutuhan hidup sehari-hari. Sehubungan dengan itu, pendekatan Pembelajaran Terpadu membantu anak untuk belajar menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dan apa yang baru mereka pelajari.
Dalam konteks pembelajaran dalam kelas pembelajaran terpadu dapat diartikan sebagai upaya untuk memadukan menghubungkan berbagai materi pembelajaran dengan tidak memberikan pengkotakan disiplin ilmu tertentu secara khusus. Sebagai contoh, Udin Saefuddin Su’ud mengilustrasikan bahwa pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai proses dan strategi yang mengintegrasikan isi bahasa (membaca, menulis, berbicara, mendengarkan) dan mengaitkannya dengan mata pelajaran lain. Konsep seperti itu mengintegrasikan bahasa sebagai pusat pembelajaran yang menghubungkan dengan berbagai tema atau topik pembelajaran (Su’ud, 2006:5).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Pembelajaran Terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang terkait secara sistematis dan harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang penuh makna karena memiliki relevansi dengan berbagai aspek kehidupan anak baik secara formal maupun secara informal. Secara lebih spesifik dapat diartikan bahwa pendekatan ini merupakan pendekatan yang memadukan beberapa pokok bahasan dalam sebuah perencanaan yang matang yang dipadukan secara realistis dalam bentuk proses pembelajaran di dalam kelas.
Model-Model Pembelajaran Terpadu
Model Pembelajaran Terpadu pada dasarnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara lebih bermakna dan nyata sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan lingkungan hidupnya. Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematiknya, Robin Fogarty dalam Udin Saefuddin Su’ud mengatakan bahwa terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu, yaitu:
(1) Model Fragmented,
(2) Model Connected,
(3) Model Nested,
(4) Model Squenced,
(5) Model Shared,
(6) Model Webbed,
(7) Model Threaded,
(8) Model Integrated,
(9) Model Immersed.
(10) Model Networked (Su’ud, 2006: 31).
Secara singkat kesepuluh model tersebut penulis uraikan sebagai berikut:
1. Model Fragmented
Pembelajaran Fragmented seperti pada pembelajaran tradisional yang memisah-misahkan disiplin ilmu atas beberapa mata pelajaran, seperti matematika, sains, dan studi solial, serta humaniora, sanis dan seni. Model ini mengajarkan disiplin-disipin ilmu tersebut secra terpisah tanpa dnya usaha untuk mengaitkan atau memadukan. Baik di jenjang SMP/MTs maupun SMA/MA setiap disiplin ilmu diajarkan oleh guru, ruang kelas, dan waktu yang berbeda sehingga siswa melihat disiplin ilmu tersebut secara terpisah-pisah. Seorang siswa SMP/MTs memandang bahwa disiplin ilmu masing-masing terpisah-pisah seperti matematika bukanlah sains, sains bukanlah bahasa Inggris, dan bahasa Inggris bukanlah sejarah.
2. Model Connected
Model connected (keterhubungan) dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan, dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu.
3. Model Nested
Model Nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya pada satuan jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi. Tanda terkuasainya keterampilan tersebut dalam hal ini ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi.
4. Model Sequenced
Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar matapelajaran yang berbeda secra paralel. Isi cerita dalam roman sejarah misalnya, topik pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ihwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama. Pembelajaran terpadu bertahap merupakan pembelajaran yang ditempuh dengan cara mengajarkan yang secara material (bahan ajar) memiliki kesamaan materi dan keterkaitan antar keduanya. Terpadu ini ditempuh dalam upaya mengutuhkan atau menyatukan materi-materi yang bercirikan sama dan terkait.
5. Model Shared
Model ini merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya tumpang tindih ide atau konsep dua mata pelajaran atau lebih. Pembelajaran ini ditempuh didasarkan pada kenyataan bahwa banyak dijumpai terdapatnya suatu kemampuan yang pencapaiannya harus diwujudkan melalui dua atau lebih mata pelajaran.
Model Webbed atau jaring laba-laba bertolak dari pendekatan tematik sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan ini adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang cenderung dapat disampaikan melalui beberapa bidang studi lain. Dalam hubungan ini, tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran maupun lintas mata pelajaran.
7. Model Threaded
Model ini merupakan pendekatan yang ditempuh secara bergalur (threaded) yaitu dengan cara mengembangkan gagasan pokok yang merupakan benang merah (galur) yang berasal dari konsep yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu. Model ini pun merupakan bentuk pemaduan keterampilan, misalnya melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus pada meta-curriculum.
8. Model Integrated
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbedapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Model ini berangkat dari adanya tumpang tindih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang dituntut dalam pembelajaran, sehingga perlu adanya pengintegrasian multidisiplin. Dalam kaitan ini perlu adanya tema sentral yang akan dibahas yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu.
9. Model Immersed
Model Immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Pada model ini keterpaduan terjadi secara internal dan instrinsik yang dilakukan oleh siswa dengan sedikit atau tanpa intervensi dari luar.
10. Model Networked
Model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengendalikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.
Pembelajaran terpadu memiliki beberapa keunggulan atau kekuatan dibanding model pembelajaran konvensional, diantaranya adalah:
1. Mendorong guru mengembangkan kreativitas.
Penerapan model pembelajaran terpadu menuntut guru untuk memiliki wawasan, pemahaman, dan kreativitas tinggi karena adanya keharusan untuk memahami keterkaitan antara satu pokok bahasan (substansi) dengan pokok bahasan lain dari berbagai mata pelajaran. Selain itu, guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitis dan kemampuan kategoris agar dapat memahami keterkaitan dan kesamaan material ataupun metodologi suatu pokok bahasan.
2. Guru dapat mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, dinamis, dan bermakna.
Penerapan model ini memberikan peluang kepada guru untuk dapat mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan keinginan dan kemampuan guru maupun kebutuhan guru dan kesiapan siswa dalam belajar. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran terpadu memberikan peluang terjadinya pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema atau pokok bahasan yang disampaikan.
3. Mempermudah dalam memotivasi siswa.
Model ini memberikan kemudahan kepada guru untuk memberikan motivasi kepada siswa dalam mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan antarkonsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi. Secara psikologis, siswa digiring berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan.
4. Menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya pembelajaran karena adanya penyederhanaan langkah-langkah pembelajaran.
Oleh karena itu, penerapan model ini sangat memungkinkan terciptanya perbaikan proses pembelajaran di dalam kelas, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara umum, yakni terciptanya hubungan yang nyata antara konsep atau teori ilmu dengan lingkungan atau tuntutan lingkungan hidup siswa.
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..
ReplyDelete