Mahasiswa teksbook
Mahasiswa textbook sebutan mahasiswa yang selalu terfokus pada buku teks dan fotokopian yang diberikan dosennya tanpa adanya improvisasi pengembangan materi perkuliahan, jelas ini hampir kita dapati dikalangan mahasiswa kita yang malas memperluas isi kajian perkuliahan dengan berbagai alasan kurangnya sumber literatur sehingga mereka hanya mengandalkan catatan resmi dari sang dosen dan budaya tekbook itu hal yang sudah biasa dalam sistem pendidikan kita yang selalu berorinetasi hapalan bukan pemahaman. banyak bukti kenapa pembelajaran bahasa di kita kurang begitu berhasil, apa yang kurang dengan pembelajaran bahasa inggeris yang diajarkan sejak TK sampai perguruan tinggi dan hasilnya mereka secara gramatikal menguasai tapi dilihat dari komunikasi masih banyak yang belum begitu menguasai. Kuncinya budaya verbalisme dalam sistem pendidikan kita yang membentuk sampai kita menjadi sarjana sekalipun. sehingga wajar banyak sarjana kita yang secara keilmuan baik tapi kemandiriannya sebagai intelektual dirasa masih jauh. Mereka masih saja menginginkan dunia priyayi yang duduk diatas kursi dan mendapat gaji rutin baik bekerja maupun tidak. Jiwa kemandiriannya sebagai intelektual untuk menciptakan dunia kerja dan wirausaha hanya dimiliki oleh orang luar.
Intinya perlu adanya perubahan paradigma tentang cara pembelajaran kita, hilangkan budaya mendikte, mencatat dan budaya meng-copy, sesering mungkin bedah kasus yang riel yang ada dalam kehidupan nyata, selain penugasan langsung untuk belajar mengamati dan mengadakan riset sehingga terbiasa dengan problem solving akan mematangkan pemahaman para mahasiswa dalam beradptasi antara teori dengan aplikasi di masyarakat.
Mahasiswa textbook sebutan mahasiswa yang selalu terfokus pada buku teks dan fotokopian yang diberikan dosennya tanpa adanya improvisasi pengembangan materi perkuliahan, jelas ini hampir kita dapati dikalangan mahasiswa kita yang malas memperluas isi kajian perkuliahan dengan berbagai alasan kurangnya sumber literatur sehingga mereka hanya mengandalkan catatan resmi dari sang dosen dan budaya tekbook itu hal yang sudah biasa dalam sistem pendidikan kita yang selalu berorinetasi hapalan bukan pemahaman. banyak bukti kenapa pembelajaran bahasa di kita kurang begitu berhasil, apa yang kurang dengan pembelajaran bahasa inggeris yang diajarkan sejak TK sampai perguruan tinggi dan hasilnya mereka secara gramatikal menguasai tapi dilihat dari komunikasi masih banyak yang belum begitu menguasai. Kuncinya budaya verbalisme dalam sistem pendidikan kita yang membentuk sampai kita menjadi sarjana sekalipun. sehingga wajar banyak sarjana kita yang secara keilmuan baik tapi kemandiriannya sebagai intelektual dirasa masih jauh. Mereka masih saja menginginkan dunia priyayi yang duduk diatas kursi dan mendapat gaji rutin baik bekerja maupun tidak. Jiwa kemandiriannya sebagai intelektual untuk menciptakan dunia kerja dan wirausaha hanya dimiliki oleh orang luar.
Intinya perlu adanya perubahan paradigma tentang cara pembelajaran kita, hilangkan budaya mendikte, mencatat dan budaya meng-copy, sesering mungkin bedah kasus yang riel yang ada dalam kehidupan nyata, selain penugasan langsung untuk belajar mengamati dan mengadakan riset sehingga terbiasa dengan problem solving akan mematangkan pemahaman para mahasiswa dalam beradptasi antara teori dengan aplikasi di masyarakat.
0 Response to " "
Post a Comment