Paradoks Perasaan Saat Update Status Facebook


Facebook memang menjadi salah satu inovasi terbesar saat ini (menurut saya). Banyak kejadian menarik yang terjadi karenanya. Termasuk di Negara kita, Indonesia. Bahkan facebooker (masyarakat facebook) kini sudah mulai punya kekuatan menekan tersendiri. Ingatkan dengan kasus grup yang mendukung Bibit Candra dan Cicak vs Buaya? Hal ini menandakan facebook kini bukan lagi sekedar gaya hidup, tetapi sudah seperti kampung yang punya masyarakat beserta potensinya tersendiri. Inilah facebooker: new society.

Selain seputar facebooker yang kini seakan sudah menjadi masyarakat baru tersendiri, ada sebuah fenomena menarik lain: Update Status.

Fitur ini sebenarnya disajikan untuk melaporkan keadaan atau status user kepada teman-teman yang lain. Tetapi pada prakteknya fitur ini menjadi multifungsi, banyak yang bisa dilakukan dengannya. Anda bisa menyuarakan opini anda, gagasan anda, bahkan perasaan hati anda. Eits, tapi ada sebuah paradoks di sini, ketika anda sedang mengetikkan status itu. Apakah itu?

Jadi, konsep sebenarnya begini. Status anda adalah sebuah pesan yang anda tampilkan untuk dilihat oleh teman-teman anda. Sehingga berbagai status yang anda buat sebenarnya mau tidak mau pasti akan mencitrakan diri anda. Oooh, si A orangnya begitu toh? Oooh, ternyata si B orangnya temperamental toh? Terkadang banyak orang yang tidak begitu dekat dengan anda, tetapi menjadi teman facebook anda menilai anda dari setiap status yang anda tampilkan.

Tetapi, faktanya anda sebagai pengirim pesan malah merasa facebook adalah ruang privasi layaknya diary yang bisa menjadi tempat curhat dan menumpahkan segala yang anda rasa secara ‘terlalu jujur’ dan blak-blakan. Di sinilah paradoks perasaan itu terjadi. Anda merasa ini ruang privasi, padahal kenyataanya ini adalah ruang publik. Yaa, mungkin anda memposting status dalam kesendirian, tetapi pesan yang anda bawa itu pasti akan tersebar dalam keramaian.

Ingatkah anda dengan kasus statusnya Luna Maya? Yaa, meski itu di twitter, konsep kejadiannya tetaplah sama. Di mengucapkan kata-kata bernada cacian yang mungkin seharusnya hanya di simpan di hati atau paling tidak di tulis dalam diary saja. Ia mengalamai paradoks perasaan!

Di balik setiap masalah selalu ada dua sisi yang saling bertolak belakang: hambatan atau kesempatan. Paradoks perasaan ini mungkin membuat anda menjadi sedikit lebih berhati-hati saat mengupdate status bahkan menjadi kurang leluasa berbicara. Tapi, paradoks perasaan juga menyajikan anda sebuah kesempatan untuk merekayasa citra anda di depan teman-teman facebook anda melalui status-status yang tepat guna dan sesuai sasaran. Let’s Get the Chance!

Salam Kreatif – Kritis,
Pratama

0 Response to "Paradoks Perasaan Saat Update Status Facebook"

Post a Comment