Kesadaran Berpendidikan


Ayo kita lihat bagaimana kondisi pendidikan di sekitar kita. Apakah gedung sekolah berdiri gagah dengan cat yang indah? Apakah setiap kelas berpendingin dan dipenuhi berbagai alat-alat canggih? Apakah ada berbagai laboratorium dengan teknologi yang begitu mengagumkan? Jika anda tinggal di kota, mungkin hampir semua jawabannya adalah YA! Semua hal yang berkaitan dengan materi (fisik atau infrastruktur) di kota pasti akan sering membuat anda berkata: “Wah…”

Akan tetapi, coba anda bandingkan dengan kondisi manusianya. Kepala sekolah yang tak bisa menjadi contoh. Guru yang tak memiliki gairah untuk membagi ilmunya. Staff yang tak melayani dengan tulus. Hingga pelajar yang tak sadar mengapa mereka harus belajar di tempat formal pembelajaran (sekolah). Begitu kontradiktif. Inilah buah dari gagasan PEMBANGUNAN ala orde baru yang ternyata lebih mengedepankan aspek materi (kebendaan) daripada kesadaran (nilai-nilai). Padahal kesadaranlah yang mengarahkan materi, bukan sebaliknya.

Kesadaranlah yang membuat seorang pelajar tidak menyontek, meski sebenarnya ia bisa melakukannya. Kesadaran pula yang membuat seorang guru bekerja keras untuk menemukan metode mengajar yang efektif, meski sebenarnya ia bisa tidak melakukannya. Kesadaranlah yang membuat semua orang yang terlibat dalam dunia pendidikan bergerak tulus karena nilai-nilai, bukan suruhan peraturan.

Lihatlah bagaimana Bu Muslimah mengajar laskar pelangi! Penuh gairah positif dan semangat mendidik yang luar biasa. Apakah infrastruktur sekolah mereka bagus? Tidak. Karena keberhasilan pendidikan memang tidak ditentukan olehnya. Ibarat seorang wirausahawan, materi dan infrastruktur hanyalah modal, sedangkan kerja keras dan strategi jitu sang wirausahawanlah yang paling menentukan jumlah keuntungan.

Jadi, yang paling pendidikan kita butuhkan untuk berhasil bukanlah infrastruktur megah nan canggih, tapi manusia-manusia yang memiliki kesadaran akan nilai-nilai, gairah positif, serta semangat juang untuk terus bergerak menuju tujuan.

Salam Kreatif - Kritis,
Pratama

0 Response to "Kesadaran Berpendidikan"

Post a Comment