|     PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK ANAK DAN  |   
|     IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA PADA  |   
|     ERA OTONOMI DAERAH  |   
|     Absori, SH.,MHum.  |   
|     Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta  |   
|     U  |   
|     UU  |   
|     U  |   
|     Abstract  |   
|     p till now,  the   government is considered less capable to realize  |   
|     the rules on children protection. Therefore the people   participa-  |   
|     tion become so important to be involved,they are those   parties who  |   
|     have serious attention on children future, either   religious organization,  |   
|     foundation or non-governmental  organization. Though, all expedients  |   
|     that have been done up till now  not    yet maximal, means that the  |   
|     programs are commonly sectored and yet have not touch   the  |   
|     fundamental substance    of children protection.  |   
|     Kata kunci: eksploitasi anak, harmonisasi hukum,   non-diskrimi-  |   
|     nasi.  |   
|     Pendahuluan  |   
|     Anak mempunyai hak yang bersifat asasi, sebagaimana   yang  |   
|     dimiliki orang dewasa, hak asasi manusia (HAM).   Pemberitaan yang  |   
|     menyangkut hak anak tidak segencar sebagaimana  hak-hak orang  |   
|     dewasa (HAM) atau isu gender, yang menyangkut hak   perempuan.  |   
|     Perlindungan hak anak tidak banyak pihak yang turut   memikirkan  |   
|     dan melakukan langkah-langkah kongkrit. Demikian juga   upaya  |   
|     untuk melindungi hak-hak anak yang dilanggar yang   dilakukan  |   
|     negara, orang dewasa atau bahkan orang tuanya sendiri,   tidak  |   
|     begitu  menaruh   perhatian akan kepentingan masa depan anak.  |   
|     Padahal anak merupakan belahan jiwa, gambaran dan   cermin  |   
|     masa depan, aset keluarga, agama, bangsa dan negara.   Di berbagai  |   
|     negara dan berbagai tempat di negeri ini, anak-anak   justru  |   
|     mengalami perlakuan yang tidak semestinya, seperti   eksploitasi  |   
|     anak, kekerasan terhadap anak, dijadikan alat pemuas   seks, pekerja  |   
|     78  |   
|     Jurisprudence  |   
|     , Vol. 2, No. 1, Maret 2005: 78 - 88  |   
 
|     anak, diterlantarkan, menjadi anak jalanan dan korban   perang/  |   
|     konflik bersenjata.  |   
|     Menurut data yang dikeluarkan UNICEF tahun 1995,   diketahui  |   
|     bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, hampir   2 juta  |   
|     anak-anak tewas, dan 4-5 juta anak-anak cacat hidup   akibat perang.  |   
|     Di beberapa negara, seperti Uganda, Myanmar, Ethiopia,   Afghani-  |   
|     stan dan Guatemala, anak-anak dijadikan peserta tempur  |   
|     (combatan)  |   
|     dengan dikenakan wajib militer. Semua terjadi akibat  |   
|     kedahsyatan mesin perang yang diproduksi negara-negara   industri,  |   
|     yang pada akhirnya membawa penderitaan bukan   hanya  dalam  |   
|     jangka pendek, tetapi juga berakibat pada jangka   panjang yang  |   
|     menyangkut masa depan pembangunan bangsa dan negara.  |   
|     1  |   
|     Demikian juga di negara-negara yang dalam keadaan   aman,  |   
|     yang tidak mengalami    konflik bersenjata, telah terjadi pelanggaran  |   
|     terhadap hak-hak anak akibat pembangunan ekonomi yang  |   
|     dilakukan, seperti pekerja anak  |   
|     (child labor)  |   
|     , anak jalanan  |   
|     (street  |   
|     children)  |   
|     , pekerja seks anak  |   
|     (child prostitution)  |   
|     , penculikan dan  |   
|     perdagangan anak  |   
|     (child trafficking)  |   
|     , kekerasan anak  |   
|     (violation)  |   
|     dan penyiksaan  |   
|     (turtore)  |   
|     terhadap anak.  |   
|     2  |   
|     Di Indonesia pelanggaran hak-hak anak baik yang tampak  |   
|     mata maupun tidak tampak mata, menjadi pemandangan   yang  |   
|     lazim dan biasa diberitakan di media masa,   seperti  mempekerjakan  |   
|     anak baik di sektor formal, maupun informal,   eksploitasi hak-hak  |   
|     anak. Upaya mendorong prestasi yang terlampau   memaksakan ke-  |   
|     hendak pada anak secara berlebihan, atau untuk   mengikuti berba-  |   
|     gai kegiatan belajar dengan porsi yang melampaui batas   kewajaran  |   
|     agar mencapai prestasi seperti yang diinginkan orang   tua. Ter-  |   
|     masuk juga meminta anak menuruti kehendak pihak   tertentu  |   
|     (produser) untuk menjadi penyayi atau bintang cilik,   dengan  |   
|     kegiatan dan jadwal yang padat, sehingga anak   kehilangan dunia  |   
|     anak-anaknya.  |   
|     Pada sisi lain sering dijumpai  perilaku anak yang diketegorikan  |   
|     sebagai anak nakal atau melakukan pelanggaran hukum,   tapi tidak  |   
|     Laporan UNICEF tahun 1995 dalam    1999,  |   
|     Aspek Hukum Perlindungan Anak, dalam  |   
|     1  |   
|     Perspektif Konvensi Hak Anak  |   
|     , Bandung, PT Citra Aditya Bakti, hal 1.  |   
|     Ibid  |   
|     , hal 2.  |   
|     2  |   
|     Perlindungan Hukum Hak-hak Anak dan Implementasiya... (Absori)  |   
|     79  |   
 
|     mendapat perlindungan hukum sebagaimana mestinya dalam  |   
|     proses hukum. Hak-hak yang mereka miliki diabaikan   begitu saja  |   
|     dengan perlakukan yang tidak manusiawi oleh pihak   tertentu, dan  |   
|     kadang kala dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk   mencari  |   
|     keuntungan diri sendiri, tanpa peduli bahwa   perbuatannya telah  |   
|     melanggar hak-hak anak.  |   
|     Instrumen Hukum  |   
|     Instrumen hukum yang mengatur perlindungan hak-hak   anak  |   
|     diatur dalam Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak  |   
|     (Convention on  |   
|     The Rights of The Child)  |   
|     th 1989  |   
|     , telah diratifikasi oleh lebih 191  |   
|     3  |   
|     negara. Indonesia sebagai anggota PBB telah   meratifikasi dengan  |   
|     Kepres Nomor 36 th 1990. Dengan demikian Konvensi PBB   tentang  |   
|     Hak Anak tersebut telah menjadi hukum Indonesia dan   mengikat  |   
|     seluruh warga negara Indonesia.  |   
|     Konvensi Hak-Hak Anak merupakan instrumen yang berisi  |   
|     rumusan    prinsip-prinsip universal dan ketentuan norma hukum  |   
|     mengenai anak. Konvensi Hak Anak merupakan sebuah   perjanjian  |   
|     internasional mengenai hak asasi manusia yang   memasukan  |   
|     masing-masing hak-hak sipil dan politik, ha-hak   ekonomi, sosial dan  |   
|     budaya. Secara garis besar Konvensi Hak Anak dapat   dikate-  |   
|     gorikan sebagai berikut, pertama penegasan hak-hak   anak, kedua  |   
|     perlindungan anak oleh negara, ketiga peran serta   berbagai pihak  |   
|     (pemerintah, masyarakat dan swasta) dalam menjamin   peng-  |   
|     hormatan terhadap hak-hak anak.  |   
|     Ketentuan hukum mengenai hak-hak anak dalam Konvensi  |   
|     Hak Anak dapat dikelompokan menjadi:  |   
|     1. Hak terhadap kelangsungan hidup  |   
|     (survival rights)  |   
|     Hak kelangsungan hidup berupa hak-hak anak untuk me-  |   
|     lestarikan dan mempertahankan hidup dan hak untuk   memperoleh  |   
|     standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang   sebaik-baiknya.  |   
|     Konsekwensinya menurut Konvensi Hak Anak negara harus  |   
|     menjamin kelangsungan hak hidup, kelangsungan hidup   dan  |   
|     perkembangan anak (Pasal 6). Disamping itu negara   berkewajiban  |   
|     Convention on The Rights of The Child, UNICEF  |   
|     , 1990.  |   
|     3  |   
|     80  |   
|     Jurisprudence  |   
|     , Vol. 2, No. 1, Maret 2005: 78 - 88  |   
 
|     untuk menjamin hak atas tarap kesehatan tertinggi yang   bisa  |   
|     dijangkau, dan melakukan pelayanan kesehatan dan   pengobatan,  |   
|     khusuSnya perawatan kesehatan primer. (Pasal 24).  |   
|     Implementasinya dari Pasal 24, negara berkewajiban   untuk  |   
|     melaksanakan program-program (1) melaksanakan upaya   penu-  |   
|     runan angka kematian bayi dan anak, (2) menyediakan   pelayanan  |   
|     kesehatan yang diperlukan, (3) memberantas penyakit   dan ke-  |   
|     kurangan gizi, (4) menyediakan pelayanan kesehatan   sebelum dan  |   
|     sesudah melahirkan bagi ibu, (5) memperoleh imformasi   dan akses  |   
|     pada pendidikan dan mendapat dukungan pada pengetahuan  |   
|     dasar tentang kesehatan dan gizi, (6) mengembangkan   perawatan  |   
|     kesehatan pencegahan, bimbingan bagi orang tua, serta   penyuluh-  |   
|     an keluarga berencana, dan, (7) mengambil tindakan   untuk meng-  |   
|     hilangkan praktik tradisional yang berprasangka buruk   terhadap  |   
|     pelayanan kesehatan.  |   
|     Terkait dengan itu,    hak anak akan kelangsungan hidup dapat  |   
|     berupa (1) hak anak untuk mendapatkan nama dan   kewarga-  |   
|     negaraan semenjak dilahirkan (Pasal 7), (2) hak untuk   memperoleh  |   
|     perlindungan dan memulihkan kembali aspek dasar jati diri   anak  |   
|     (nama, kewargnegaraan dn ikatan keluarga) (Pasal 8),   (3) hak anak  |   
|     untuk hidup bersama (Pasal 9), dan hak anak untuk   memperoleh  |   
|     perlindungan dari segala bentuk salah perlakuan  |   
|     (abuse)  |   
|     yang di-  |   
|     lakukan orang tua atau orang lain yang bertangung   jawab atas  |   
|     pengasuhan (Pasal 19), (4) hak untuk mmemperoleh   perlindungan  |   
|     khusus bagi bagi anak- anak yang kehilangan lingkungan   keluarga-  |   
|     nya dan menjamin pengusahaan keluarga atau penempatan  |   
|     institusional yang sesuai dengan mempertimbangkan   latar budaya  |   
|     anak (Pasal 20), (5) adopsi anak hanya dibolehkan dan   dilakukan  |   
|     demi kepentingan terbaik anak, dengan segala   perlindungan yang  |   
|     disahkan oleh pejabat yang berwenang (Pasal 21), (6)   hak-hak anak  |   
|     penyandang cacat (  |   
|     disabled  |   
|     ) untuk memperoleh pengasuhan,  |   
|     pendidikan dan latihan khusus yang dirancang untuk   membantu  |   
|     mereka demi mencapai tingkat kepercayaan diri yang   tinggi (Pasal  |   
|     23), (7) hak anak menikmati standar kehidupan yang   memadai dan  |   
|     hak atas pendidikan (Pasal 27 dan 28).  |   
|     Perlindungan Hukum Hak-hak Anak dan Implementasiya... (Absori)  |   
|     81  |   
 
|     2. Hak terhadap perlindungan  |   
|     (protection rights)  |   
|     Hak perlindungan yaitu perlindungan anak dari   diskriminasi,  |   
|     tindak kekerasan dan keterlantaran bagi anak yang   tidak mem-  |   
|     punyai keluarga, dan bagi anak pengungsi. Hak   perlindungan dari  |   
|     diskriminasi, termasuk (1) perlindungan anak   penyandang cacat  |   
|     untuk memperoleh pendidikan, perwatan dan latihan   khusus, dan  |   
|     (2) hak anak dari kelompok masyarakat minoritas dan   penduduk  |   
|     asli dalam kehidupan masyarakat negara.  |   
|     Perlindungan dari ekploitasi, meliputi (1)   perlindungan dari  |   
|     gangguan kehidupan pribadi, (2) perlindungan dari   keterlibatan  |   
|     dalam pekerjaan yang mengancam kesehatan, pendidikan   dan  |   
|     perkembangan anak, (3) perlindungan dari   penyalahgunaan obat  |   
|     bius dan narkoba, perlindungan dari upaya penganiayaan   seksual,  |   
|     prostitusi, dan pornografi, (4) perlindungan upaya   penjualan, pe-  |   
|     nyelundupan dan penculikan anak, dan (5) perlindungan   dari  |   
|     proses hukum bagi anak yang didakwa atau diputus telah   melaku-  |   
|     kan pelanggaran hukum.  |   
|     3. Hak untuk Tumbuh Berkembang  |   
|     (development rights)  |   
|     Hak tumbuh berkembang    meliputi segala bentuk pendidikan  |   
|     (formal maupun non formal) dan hak untuk mencapai   standar  |   
|     hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental,   spiritual, moral  |   
|     dan sosial anak. Hak anak atas pendidikan diatur pada   Pasal 28  |   
|     Konvensi Hak Anak menyebutkan,  (1) negara menjamin kewajiban  |   
|     pendidikan dasar dan menyediakan secara cuma-cuma, (2)  |   
|     mendorong pengembangan macam-macam bentuk pendidikan   dan  |   
|     mudah dijangkau oleh setiap anak, (3) membuat   imformasi dan bim-  |   
|     bingan pendidikan dan ketrampIlan bagi anak,  dan (4) mengambil  |   
|     langkah-langkah untuk mendorong kehadirannya   secara  teratur  |   
|     di sekolah dan pengurangan angka putus sekolah.  |   
|     Terkait dengan itu, juga meliputi (1) hak untuk   memperoleh  |   
|     informasi, (2) hak untuk bermain dan rekreasi, (3) hak   untuk ber-  |   
|     partisipasi dalam kegiatan budaya, (4) hak untuk   kebebasan ber-  |   
|     pikir dan beragama, (5) hak untuk mengembangkan   kepribadian,  |   
|     (6) hak untuk memperoleh identitas, (7) hak untuk   didengar pen-  |   
|     dapatnya, dan (8) hak untuk memperoleh pengembangan   kesehatan  |   
|     dan fisik.  |   
|     82  |   
|     Jurisprudence  |   
|     , Vol. 2, No. 1, Maret 2005: 78 - 88  |   
 
|     4. Hak untuk Berpartisipasi  |   
|     (participation rights)  |   
|     Hak untuk berpartisipasi yaitu hak untuk menyatakan  |   
|     pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak. Hak   yang  |   
|     terkait dengan itu meliputi (1) hak untuk berpendapat   dan mem-  |   
|     peroleh pertimbangan atas pendapatnya, (2) hak untuk   mendapat  |   
|     dan mengetahui informasi serta untuk mengekpresikan,   (3) hak  |   
|     untuk berserikat menjalin hubungan untuk bergabung,   dan (4) hak  |   
|     untuk memperoleh imformasi yang layak dan terlindung   dari  |   
|     imformasi yang tidak sehat.  |   
|     Terhadap anak yang melakukan perbuatan pidana, pe -  |   
|     nangkapan dan penahanan anak harus sesuai dengan hukum   yang  |   
|     ada, yang digunakan hanya sebagai upaya terakhir. Anak   yang  |   
|     dicabut kebebasannya harus memperoleh akses bantuan   hukum,  |   
|     dan hak melawan keabsahan pencabutan kebebasan.  |   
|     Implementasi di Indonesia  |   
|     Melalui Kepres Nomor 36 tahun 1990, Konvensi Hak Anak   telah  |   
|     diratipikasi dan berlaku mengikat menjadi hukum   Inodnesia.  |   
|     Melalui ratifikasi tersebut pemerintah Indonesia   melakukan  |   
|     reservasi  |   
|     , yakni penundaan pelaksanaan beberapa pasal Konvensi  |   
|     Hak Anak. Dalam perkembangannya pada tahun 1994,   pemerintah  |   
|     Indonesia telah melakukan  pencabutan    reservasi  beberapa pasal,  |   
|     sehingga pasal yang direservasi tinggal pasal yang   mengatur ma-  |   
|     salah hak anak untuk mengakses imformasi (Pasal 17),   adopsi anak  |   
|     (Pasal 21), perlindungan anak dalam status pengungsi   (Pasal 22).  |   
|     Konsekwensi dari suatu negara melakukan ratifikasi   perjanjian  |   
|     internasional seperti Konvensi Hak Anak, menurut   Syahmin AK  |   
|     4  |   
|     adalah: (1) Merumuskan/menyatakan atau menguatkan   kembali  |   
|     aturan hukum internasional yang sudah ada; (2)   Mengubah/me-  |   
|     nyempurnakan ataupun menghapus kaidah-kaidah hukum  |   
|     internasional yang sudah ada, untuk mengatur   tindakan-tindakan  |   
|     yang akan datang; (3) Membentuk kaidah-kaidah hukum   inter-  |   
|     nasional yang baru sama sekali yang belum ada   sebelumnya.  |   
|     Sebagai negara yang telah melakukan ratifikasi   Konvensi Hak  |   
|     Syahmin Ak, Hukum Internasional Publik  dalam M Joni dan Z Tanamas, 1999,  |   
|     Aspek  |   
|     4  |   
|     Hukum Perlindungan Anak,  |   
|     hal 66.  |   
|     Perlindungan Hukum Hak-hak Anak dan Implementasiya... (Absori)  |   
|     83  |   
 
|     Anak, Indonesia berkewajiban untuk menjamin   terlaksananya hak-  |   
|     hak anak dengan menuangkan dalam sebuah produk   perundang-  |   
|     undangan. Melalui upaya harmonisasi hukum, BPHN   merekomen-  |   
|     dasikan,  |   
|     pertama  |   
|     , mengintroduksir hak-hak anak dalam Konvensi  |   
|     Hak Anak ke dalam perundang-undangan hukum nasional,  |   
|     kedua,  |   
|     peninjauan kembali hukum positif yang tidak sesuai   dengan  |   
|     Konvensi Hak anak, dan ketiga, melakukan identifikasi   kemungkin-  |   
|     an perlunya penyusunan peraturan-perundang-undangan.  |   
|     Konsekwensinya menurut    Erma Syafwan Syukrie  |   
|     , pemerintah  |   
|     5  |   
|     Indonesia harus melakukan langkah-langkah harmonisasi   hukum,  |   
|     yaitu: (1) Memeriksa dan menganalisis perundang-undang   yang ada  |   
|     dan masih sedang dalam perencanaan/pembentukan; (2)   Meninjau  |   
|     ulang lembaga-lembaga yang berhubungan dengan   pelaksanaan  |   
|     hak anak; (3) Mengusulkan langkah-langkah penyelerasan  |   
|     ketentuan konvensi hak anak dengan perundang-undangan   lain;  |   
|     (4) Meninjau ulang bagian perundang-undangan yang   masih  |   
|     berlaku, tetapi perlu penyempurnaan atau pelaksanaan   yang tepat;  |   
|     (5) Memprioritaskan acara pembuatan undang-undang yang  |   
|     diperlukan untuk mengefektifkan pelaksanan Konvensi   Hak Anak/  |   
|     penyelerasaan    dengan perundang-undangan Indonesia.  |   
|     Instrumen hukum lain yang mengatur ketentuan hukum   terkait  |   
|     dengan hak anak, antara lain ketentuan hukum yang   berkaitan  |   
|     dengan hak-hak dan perlindungan anak dengan mendsarkan   pada  |   
|     Pasal 34 UUD 45 (lama) yang mengatur pakir miskin dan   anak  |   
|     terlantar dipelihara negara. Ketentuan lain ditemukan   dalam UU  |   
|     Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak,   khususnya yang  |   
|     berkaitan dengan perlindungan buruh anak di sektor   industri for-  |   
|     mal. Untuk melindungi hak-hak anak yang bekerja telah   diatur  |   
|     Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 01 tahun 1987, di   antaranya  |   
|     mengatur pencegahan pekerja anak dari upaya   eksploitasi anak.  |   
|     Terhadap penyanyi cilik, bintang film cilik Depnaker   berusaha  |   
|     untuk mengatur jumlah kontrak yang diperbolehkan.  |   
|     Untuk menangani penyelesiaan hukum bagi anak yang   terlibat  |   
|     perkara hukum dikeluarkan peradilan  yang diatur dalam UU  |   
|     Erma Syofyan Syukrie, Pelaksanaan Konvensi Hak Anak Ditinjau dari   Aspek Hukum,  |   
|     5  |   
|     Ibid, hal 67.  |   
|     84  |   
|     Jurisprudence  |   
|     , Vol. 2, No. 1, Maret 2005: 78 - 88  |   
 
|     Nomor 3 tahun 1997 tentang Peradilan Anak. Terkait   dengan itu  |   
|     juga diatur pada beberapa pasal KUHP yang masih   dipakai yang  |   
|     mengatur masalah perlindungan hukum bagi anak yang   melakukan  |   
|     tindak pidana, seperti    Pasal 45, 46 dan 47 KUHP. Menurut UU  |   
|     Nomor 3 tahun 1997, yang dimaksud anak adalah orang   yang dalam  |   
|     perkara  anak   nakal telah mencapai umur 8 tahun tetapi belum  |   
|     mencapai umur 18 tahun atau belum pernah nikah.   Sementara  |   
|     batas umur anak untuk dapat diajukan ke pengadilan   ditetapkan  |   
|     antara 8-18 tahun, dan selanjutnya untuk dapat   dipidana minimal  |   
|     berumur 12 tahun.  |   
|     Era Otonomi Daerah  |   
|     Pada era Otonomi Daerah, dalam rangka untuk   menanggulangi  |   
|     dan melindungi pekerja anak, telah dikeluarkan Kepmen   Dagri dan  |   
|     Otda Nomor 5 tahun 2001 tentang Penanggulangan Pekerja   Anak  |   
|     (PPA). Salah satu    isi pokok  adalah melakukan   penanggulangan  |   
|     pekerja anak, dengan cara melakukan penghapusan,   pengurangan  |   
|     dan perlindungan pekerja anak yang berusia di bawah 15   tahun  |   
|     agar terhindar dari pengaruh buruk pekerjaan berat dan   ber-  |   
|     bahaya, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan per-  |   
|     kembangan fisik, mental, moral dan intelektual.  |   
|     Pemerintah Daerah berkewajiban untuk melakukan   langkah-  |   
|     langkah pengaturan lebih lanjut dalam pelaksanaan   kegiatan pe-  |   
|     nanggulangan pekerja anak. Menurut Pasal 5 program pe   -  |   
|     nanggulangan pekerja anak meliputi:  (1) Melakukan pelarangan  |   
|     dan penghapusan segala bentuk-bentuk  pekerjaan terburuk untuk  |   
|     anak; (2) Melakukan pemberian perlindungan yang   sesuai  bagi  |   
|     pekerja anak yang melakukan pekerjaan ringan; (3)   Melakukan per-  |   
|     baikan pendapat keluarga agar anak tidak bekerja dan   mencipta-  |   
|     kan suasana tumbuh kembang anak dengan wajar; (4)   Melakukan  |   
|     sosilisasi program PPA kepada pejabat birokrasi,   pejabat politik,  |   
|     lembaga kemasyarakatan dan masyarakat.  |   
|     Program yang bersifat khusus dalam penanggulangan   pekerja  |   
|     anak meliputi: (1) mengajak kembali pekerja anak yang   putus  |   
|     sekolah ke bangku sekolah dengan memberikan bantuan   beasiswa;  |   
|     (2) memberikan pendidikan nonformal; dan (3)   mengadakan  |   
|     Perlindungan Hukum Hak-hak Anak dan Implementasiya... (Absori)  |   
|     85  |   
 
|     pelatihan keterampilan bagi anak. Pembiayaan kegiatan   pe-  |   
|     nanggulangan pekerja anak bisa dilakukan oleh   masyarakat yang  |   
|     peduli terhadap kesejahteraan anak, APBN, APBD,  bantuan luar  |   
|     negeri dan sumber-sumber lain yang syah dan tidak   mengikat.  |   
|     Sebagai langkah untuk memberikan perlindungan hak anak  |   
|     secara menyeluruh, sedang diupayakan bentuk legitimasi   melalui  |   
|     pembuatan UU Perlindungan Anak. Pada saat sekarang UU  |   
|     Perlindungan Anak sudah ditandatangani oleh pemerintah   dan  |   
|     DPR dan tinggal menunggu diundangkan. Beberapa materi   yang  |   
|     diatur dalam UU Perlindungan Anak antara lain (1)   masalah  |   
|     pemenuhan hak anak dan kewajibannya, (2)  tangung jawab negara,  |   
|     pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua   terhadap anak,  |   
|     (3) perwalian anak, (4) kuasa asuh, (5) pengangkatan   anak, (6)  |   
|     perlindungan anak dalam bidang kesehatan, agama,   pendidikan,  |   
|     dan sosial, dan (7) ketentuan pidana anak.  |   
|     Dalam UU Perlindungan anak tersebut, juga diatur   persoalan  |   
|     anak yang sedang berhadapan dengan hukum, anak dari   kelompok  |   
|     minoritas, anak dari korban eksploitasi ekonomi dan   seksual, anak  |   
|     yang diperdagangkan, anak korban kerusuhan, anak yang   menjadi  |   
|     pengungsi dan anak dalam situasi konflik bersenjata,   perlindungan  |   
|     anak yang dilakukan berdasarkan prinsip   nondiskriminasi,  |   
|     kepentingan bagi anak, penghargaan  terhadap pendapat anak,  |   
|     hak untuk hidup, kelangsungan dan perkembangan.  |   
|     Dalam perkembangannya UU Perlindungan anak yang sudah  |   
|     ditandatangani tampaknya masih terdapat masalah,   sehingga  |   
|     pengundangannya masih belum ada kejelasan. Beberapa   persoalan  |   
|     yang masih menjadi masalah seperti Pasal  37 ayat (3)    yakni masalah  |   
|     agama antara orang tua asuh dan anak yang akan diasuh.   Di sam-  |   
|     ping itu pada saat bersamaan terdapat ganjalan dari   sekelompok  |   
|     masyarakat, seperti Koalisi Perlindungan Anak (KPA)   menolak UU  |   
|     Perlindungan Anak, karena dianggap tidak sesuai dengan   Konvensi  |   
|     Hak Anak dan Konvensi Internasional Labour   Organisation (ILO)  |   
|     Nomor 182 yang telah diratifikasi dengan UU Nomor   1  Tahun 2000.  |   
|     Penutup  |   
|     Melihat perhatian masyarakat yang begitu luas,   kalangan  |   
|     86  |   
|     Jurisprudence  |   
|     , Vol. 2, No. 1, Maret 2005: 78 - 88  |   
 
|     pemerintah dan DPR berkeyakinan bahwa masukan ataupun   kritik  |   
|     masyarakat di satu sisi mempunyai nilai positif untuk   perbaikan  |   
|     dalam rangka kesempurnaan UU Perlindungan Anak, karena   itu  |   
|     mereka bertekad untuk dapat menggolkan UU perlindungan   pada  |   
|     tahun 2002 agar berbagai persoalan yang menyangkut   per-  |   
|     lindungan anak di Indonesia dapat diatasi dengan   segera.  |   
|     Dengan adanya UU Perlindungan Anak, diharapkan   akan  ter-  |   
|     dapat instrumen hukum yang berfungsi sebagai   perekayasa per-  |   
|     lindungan anak di Indonesia. Format ke depan yang   menyangkut  |   
|     fungsi    undang-undang sebagai instrumen  |   
|     social engenering  |   
|     akan  |   
|     segera bisa dilakukan    Harapan kita tidak hanya terbatas berhenti  |   
|     pada pembentukan sebuah produk undang-undang, tetapi   yang  |   
|     lebih penting bagaimana undang-undnag bisa dijalankan   dengan  |   
|     langkah-langkah kongkrit oleh seluruh komponen   masyarakat, baik  |   
|     pemerintah, LSM, Ormas dan lembaga lain yang mempunyai  |   
|     kepedulian    terhadap perlindungan hak-hak anak.  |   
|     Selama ini pemerintah dianggap belum mampu untuk   melak-  |   
|     sanakan ketentuan perlindungan hak anak, maka peran   masya-  |   
|     rakat menjadi amat penting untuk turut berpartisipasi,   yakni para  |   
|     pihak yang mempunyai kepedualian masa depan anak, baik  |   
|     organisasi keagamaan, yayasan atau LSM. Namun upaya   yang  |   
|     dilakukan selama ini belum maksimal, rata-rata baru   terbatas pro-  |   
|     gram yang sifatnya sektoral dan belum menyentuh hal   yang  |   
|     mendasar yang berkaitan dengan perlindungan hak anak.  |   
|     DAFTAR PUSTAKA  |   
|     Fakih, Mansour, 1999,  |   
|     Analisis Gender dan Transformasi Sosial,  |   
|     Yogyakarta,    Pustaka Pelajar.  |   
|     Muladi, 2002,  |   
|     Demokrasi, Hal Asasi Manusia, dan Reformasi Hukum  |   
|     Indonesia  |   
|     , The Jakarta, Habibie Center.  |   
|     Blau, Peter M dan Mashall W. Meyer, 1987,  |   
|     Birokrasi dalam  |   
|     Masyarakat Modern,  |   
|     , Jakarta, Penerbit Universitas Indone-  |   
|     sia  |   
|     Ak,  Syahmin,   1999,  |   
|     Hukum Internasional Publik  |   
|     dalam M Joni dan  |   
|     Z Tanamas,  |   
|     Aspek Hukum Perlindungan Anak  |   
|     .  |   
|     Perlindungan Hukum Hak-hak Anak dan Implementasiya... (Absori)  |   
|     87  |   
 
|     UNICEF, 1999,  |   
|     Aspek Hukum Perlindungan Anak, dalam Perspektif  |   
|     Konvensi Hak Anak  |   
|     , Bandung,  PT   Citra Aditya Bakti.  |   
|     UNICEF  |   
|     , 1990,  |   
|     Convention on The Rights of The Child  |   
|     .  |   
|     Undang-undang    Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan  |   
|     Anak.  |   
|     88  |   
|     Jurisprudence  |   
|     , Vol. 2, No. 1, Maret 2005: 78 - 88  |   
 
0 Response to "PKN 2: Implementasi Norma Hukum"
Post a Comment